Source-Message-Channel-Receiver
The source is the origin of the communication. The message is the content that is to be exchanged. The channel is the medium used to convey the message. The receiver is the destination of the message.
speak on the level of the receiver
As far as I can tell, he is the Father Of Modern Mass Communions, responsible for defining communication as dynamic, or as a cycle process, also renewed the Paradime of communication Old: Sender/Encoder > Message > Receiver/Decoder New: Sender/Encoder> Message > Medium > Receiver/Decoder > Feedback > Sender/Encoder etc...
In reference to MARINE CORPS ORDER 6100.13 it states:Exemptions. Marines are exempt from the semi-annual/annual PFT/CFT requirement under the following conditions:Deployment to a combat zone and while in receipt of hostile fire pay. Marines are exempt from the semi-annual/annual PFT/CFT requirement for 60 days following their departure from a combat zone/termination of hostile fire pay. Routine deployments in support of the Unit Deployment Program (UDP) or Marine Expeditionary Units (MEU), and while not in receipt of hostile fire pay, do not exempt Marines from the semi-annual/annual PFT/CFT requirement.In reference to MARINE CORPS ORDER 6100.12 it states:PFT Not Required. The condition when a Marine will not be required to conduct a semi-annual PFT:Personnel on duty in a combat zone; the semi-annual PFT may be waived until their return from the combat zone.In reference to MARINE CORPSE ORDER 6100.3J it states:Personnel to be Tested. Unit commanders will administer the physical fitness test at least semiannually (on a calendar year basis) to all Marines under 46 years of age, regardless of grade, except for personnel on duty in a combat zone, and annually for members of the Selected Marine Corps Reserve (SMCR).--------------------------I couldn't find anything on paper in regards to organized PT in a combat zone. From my knowledge, it isn't allowed. There's supposedly a set number of bodies PTing in a group that is considered "organized".I hope this information answers your question.Best Regards,Corporal of Marines
I assume you are asking about David Berlo. First some context: When radio came along in the early 1920s, almost nobody in the academic world studied it, since it was thought to be just a fad. But as radio grew more popular, scholars gradually became interested in how mass communication occurs; by the late 1940s, this led to a number of theories that tried to explain the various types of oral communication-- including that which occurs between two people (perhaps on the telephone, or perhaps in person), or that which occurs through an electronic medium like radio or TV. In 1960, David Berlo took the dominant theory, created in 1949 by Claude Shannon and Warren Weaver, and expanded upon it, since he believed it was too simplistic. Shannon & Weaver's model said communication was linear: there was a Sender (S), a receiver (R) and a channel, a means of transmitting the message (C). The channel did not refer to a TV channel-- it meant a method or means of sending the message-- like by talking on the telephone, or sending a letter, or using a radio/TV broadcast. But Berlo said communication could not be reduced to just S-R-C. One needed to consider the emotions and attitudes of the people involved in sending and receiving the message, as well as considering the content of the message-- for example, some messages were nuanced or complex and thus more difficult for the receiver to understand. Berlo said there were four steps to communication, which he abbreviated as S (Source), the person who sends the message, factoring in that person's communication skills, attitudes, knowledge of the subject, etc; M (Message), which is encoded and sent through C (a channel, a means or method used to send the message); that leads to R (Receiver), the person who receives and decodes the message. I enclose a link that thoroughly explains Berlo's theory of SMCR.
PROSES BELAJAR-PEMBELAJARAN : SUATU PROSES KOMUNIKASI Posted on Januari 9, 2009 | 4 KomentarProf. DR. Sudarsono Sudirdjo, M.Sc Ed.PengantarSering dikatakan bahwa proses belajar pembelajaran adalah merupakan proses komunikasi dimana terjadi proses penyampaian pesan tertentu dari sumber belajar (misalnya guru, instruktur, media pembelajaran,dll.) kepada penerima (peserta belajar, murid, dsb), dengan tujuan agar pesan (berupa topik-topik dalam mata pelajaran tertentu) dapat diterima (menjadi milik, di-shared) oleh peserta didik / murid-murid. Kesadaran yang demikian ini tidaklah dijumpai dalam penyelenggaraan pendidikan yang telah berlangsung dari abad ke abad, melainkan baru terjadi pada sekitar tahun 1950-an, pada waktu Berlo mengembangkan suatu model komunikasi yang disebutnya SMCR, singkatan dari Source, Message, Channel dan Receiver. Model SMCR dimaksudkan untuk menunjukkan terjadinya proses komunikasi antar manusia (human communication) yang diilhami oleh model komunikasi yang telah dikembangkan lebih dahulu oleh Shannon-Weaver pada tahun 1946 dalam bidang matematika dan elektronik dengan unsur-unsur komunikasi seperti Source (Sumber), Transmitter (pemancar), Message (pesan), Signal, Noise (gangguan), Receiver (pesawat penerima) dan Destination (tujuan yaitu orang yang diharapkan dapat menerima pesan yang disampaikan).Adanya kesadaran bahwa proses belajar dan pembelajaran adalah merupakan proses komunikasi membawa implikasi-implikasi yang sangat penting dan mendasar bagi penyelenggaraan dan pelaksanaan serta hakikat proses belajar dan pembelajaran itu sendiri.Komunikasi dan Kehidupan ManusiaBarangkali ada tiga macam kegiatan utama yang secara khas dilakukan manusia di sepanjang kehidupannya, yaitu bernafas, berkomunikasi dan berfikir. Dari ketiga aktivitas tersebut, hanya bernafaslah yang dikerjakan manusia secara nonstop 24 jam sehari semalam di sepanjang hidupnya. Sedangkan kegiatan berkomunikasi dan berfikir dilakukan selagi manusia masih dalam keadaan jaga (tidak tidur), baik selagi sendiri maupun bersama orang lain, melalui berbagai kegiatan seperti membaca, menulis, menonton televisi, mendengar radio, berbicara dengan orang lain, mendengar orang lain, berbicara, bertanya, menjawab pertanyaan dan lain sebagainya. Kegiatan komunikasi dilakukan di semua aspek (bidang) kehidupan manusia : bidang ekonomi, politik, sosial, kebudayaan, keagamaan, pendidikan, keamanan, hukum dan sebagainya. Kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan bermacam-macam bentuk dan jenis kegiatan komunikasi serta sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia sebagai makhluk social mengambil urutan kegiatan sebagai berikut: mendengar (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing).Kegiatan komunikasi tidak dapat dipisahkan dan bahkan sangat diperlukan dalam kehidupan manusia karena manusia adalah makhluk sosial dimana manusia tidak akan pernah dapat hidup sendiri sebagai "feral man". Setiap individu memerlukan kehadiran individu yang lain untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat jasmaniah (biologis) maupun yang bersifat non-biologis seperti kebutuhan rasa aman, penghargaan, kasih sayang dan perwujudan diri (self actualization need) sebagai yang dikemukakan oleh Maslov. Selain itu, kegiatan komunikasi juga dilakukan atau diperlukan oleh manusia karena manusia tidak dapat selamanya memperoleh pengalaman langsung (firsthand experiences) didalam hidupnya karena adanya keterbatasan dalam waktu, biaya, sarana dan prasarana dan sebagainya. Oleh sebab itu seringkali kita hanya dapat memperolehnya melalui pengalaman tidak langsung (secondhand atau vicarious experiences) yang kita dapatkan dengan jalan membaca, mendengar, melihat gambar dan sebagainya. Pengalaman tidak langsung seperti itu kita peroleh melalui kegiatan komunikasi. Masih ada kegunaan komunikasi yang lain bagi kehidupan manusia yaitu untuk mewariskan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang sudah dimiliki manusia dalam satu generasi ke generasi berikutnya dan dengan demikian sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia itu sendiri.Sebagai makhluk yang memerlukan bantuan dan kehadiran orang lain untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya (makhluk sosial), manusia juga mengembangkan lambang verbal (bahasa) yang digunakan sebagai sarana/alat utama dalam komunikasi. Bentuk komunikasi verbal (komunikasi dengan menggunakan kata-kata atau bahasa) adalah bentuk komunikasi yang paling dominan digunakan dalam kehidupan manusia. Sesuai dengan berbagai macam kebutuhan yang dimiliki atau perkembangan yang terdapat dalam kehidupan manusia, maka manusia secara terus menerus mengembangkan lambang-lambang verbal untuk menunjuk apa saja yang terdapat dalam kehidupan realita yang sebenarnya, seperti nama tumbuh-tumbuhan, hewan, benda-benda mati, cuaca, bunga, buah-buahan, penyakit, obat-obatan, kendaraan, makanan, sifat/keadaan (seperti besar, kecil, ramah, kaya, pandai dan sebagainya) dan perkembangan peradaban dan kemajuan kehidupan manusia dan teknologi. Sampai kapanpun, manusia tidak pernah berhenti mengembangkan atau menciptakan lambang-lambang verbal yang baru sesuai dengan kebutuhannya pada suatu saat tertentu. Misalnya kata AIDS adalah lambang verbal untuk menunjuk kepada suatu penyakit yang baru diketahui oleh manusia pada dekade 1970-an dan belum pernah disebut-sebut pada tahun 1960-an, untuk menunjuk kepada kondisi menurunnya daya kekebalan tubuh seseorang.Makna (arti, meaning) yang terdapat dalam lambang verbal berasal dari persetujuan bersama antar individu yang menggunakan lambang tersebut. Bagi mereka yang belum atau tidak ikut menyetujui makna suatu lambang verbal yang digunakan, berarti mereka tidak akan mengerti makna lambang tersebut. Mempelajari bahasa asing (misalnya bahasa Inggris), sebenarnya dapat diartikan sebagai usaha untuk ikut mengerti atau ikut menyetujui makna atau arti lambang-lambang yang terdapat dalam bahasa Inggris tersebut. Karena itu sifat lambang verbal yang pokok adalah abstrak, bahkan dikatakan oleh Edgar Dale dalam kerucut pengalamannya (1946), lambang verbal adalah bersifat paling abstrak di dalam memberikan pengalaman kepada penerima (murid).Hakikat KomunikasiWilbur Schramm mengatakan bahwa komunikasi adalah sebagai berikut : "today we might define communication simply by saying that it is the sharing of an orientation toward a set of informational signs". Dari apa yang dikemukakan oleh Schramm di atas dapat dikatakan bahwa hakikat komunikasi adalah penyampaian pesan dengan menggunakan lambang (simbol) tertentu, baik verbal maupun non verbal, dengan tujuan agar pesan tersebut dapat diterima oleh penerima (audience). Dengan demikian hakikat komunikasi adalah "sharing" yang artinya pesan yang disampaikan sumber dapat menjadi milik penerima, atau dalam dunia pendidikan dan pembelajaran dikatakan agar pesan pembelajaran yang disampaikan guru dapat diserap oleh murid-muridnya.Proses belajar-pembelajaran dapat dipandang sebagai suatu proses komunikasi dengan pengertian bahwa pesan pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat diterima (diserap) dengan baik atau dapat dikatakan menjadi "milik" murid-murid. Schramm mengingatkan bahwa untuk dapat mencapai "sharing" antara sumber dan penerima atas pesan yang disampaikan, perlu adanya keserupaan atau kemiripan medan pengalaman sumber dan medan pengalaman penerima. Ini dimaksudkan agar lambang yang digunakan oleh sumber benar-benar dapat dimengerti oleh murid-murid (penerima), karena sumber dan penerima mempunyai medan pengalaman yang serupa atau hampir sama. Apabila lambang yang digunakan sumber terlalu sulit bagi daya tangkap penerima, maka sharing yang diinginkan jauh dari tercapai. Guru haruslah selalu menyadari akan hal ini, yaitu bahwa di dalam melaksanakan kegiatan belajar dan pembelajaran, sesungguhnya dia sedang melaksanakan kegiatan komunikasi. Oleh karenanya guru harus selalu memilih dan menggunakan kata-kata yang berada dalam jangkauan/medan pengalaman murid-muridnya, agar dapat dimengerti dengan baik oleh mereka, sehingga pesan pembelajaran yang disampaikan dapat di-shared (diterima, dimiliki) oleh murid-murid dengan baik. Hal ini lebih-lebih lagi sangat berlaku apabila guru atau instruktur menggunakan metode ceramah (lecture method) dalam melaksanakan pembelajaran.Harus selalu disadari para guru bahwa kegiatan komunikasi atau pembelajaran yang dilakukan adalah kegiatan yang hanya memberikan pengalaman tidak langsung (vicarious experiences) kepada murid-murid, karena menggunakan lambang-lambang (terutama lambang verbal) untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Sebab itu lambang verbal yang bersifat amat abstrak yang digunakan harus digunakan dengan ekstra hati-hati, diantaranya dengan memilih lambang verbal yang dapat dipastikan dapat dimengerti dengan baik oleh murid-murid, sehingga dapat diterima dan di-shared antara guru dan murid dengan sebaik-baiknya.Kegiatan "encoding" dan "decoding" dalam proses belajar-pembelajaranDalam setiap kegiatan komunikasi terdapat dua macam kegiatan yaitu "encoding" dan "decoding". Encoding adalah kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan lambang-lambang yang akan digunakan dalam kegiatan komunikasi oleh komunikator (oleh guru dalam kegiatan pembelajaran). Terdapat dua persyaratan yang harus diperhatikan untuk melakukan kegiatan "encoding" ini yaitu :dapat mengungkapkan pesan yang akan disampaikan ; dansesuai dengan medan pengalaman audience atau penerima, sehingga memudahkan penerima didalam menerima isi pesan yang disampaikan.Salah satu kemampuan profesional seorang guru adalah kemampuan melakukan kegiatan "encoding" dengan tepat, sehingga murid-murid memperoleh kemudahan di dalam menerima dan mengerti materi/bahan pelajaran yang merupakan pesan pembelajaran yang disampaikan guru kepada murid.Sedang kegiatan "decoding" adalah kegiatan dalam komunikasi yang dilaksanakan oleh penerima (audience, murid), dimana penerima berusaha menangkap makna pesan yang disampaikan melalui lambang-lambang oleh sumber melalui kegiatan encoding di atas. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa kagiatan "decoding" ini sangat ditentukan oleh keadaan medan pengalaman penerima sendiri. Keberhasilan penerima di dalam proses "decoding" ini sangat ditentukan oleh kepiawaian sumber di dalam proses "encoding" yang dilakukan, yaitu di dalam memahami latar belakang pengalaman, kemampuan, kecerdasan, minat dan lain-lain dari penerima. Adalah sama sekali keliru apabila di dalam proses komunikasi sumber melakukan proses "encoding" berdasarkan pada kemauan dan pertimbangan pribadi tanpa memperhatikan hal-hal yang terdapat pada diri penerima seperti yang sudah disebutkan di atas, yang dalam hal ini terutama adalah medan pengalaman mereka.Peranan Alat Peraga dan Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Pembelajaran.Telah dikatakan di atas bahwa komunikasi (termasuk proses atau kegiatan pembelajaran) dilaksanakan dengan menggunakan lambang-lambang, (symbols), terutama adalah lambang verbal (kata-kata, bahasa). Keuntungan terbesar lambang verbal dalam proses komunikasi (termasuk pembelajaran) adalah sumber dapat memilih lambang secara tidak terbatas untuk menyampaikan pesan kepada penerima, sehingga sumber dapat dengan mudah menyampaikan pesan yang tidak terbatas pula kepada penerima. Berbeda dengan lambang yang lain seperti gambar-gambar, tanda atau isyarat yang hanya mempunyai kemampuan yang terbatas untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu kepada penerima. Misalnya untuk menyampaikan pesan yang berkaitan dengan pindah rumah, pindah pekerjaan, memberikan berbagai nasihat, apalagi menyampaikan pesan pembelajaran dalam berbagai bidang studi, tentu saja sangat sulit apabila digunakan lambang-lambang nonverbal.Namun demikian penggunaan lambang verbal dalam kegiatan komunikasi mempunyai juga keterbatasan atau kekurangan yang harus selalu diperhatikan oleh sumber atau guru sebagai komunikator, yaitu bahwa lambang verbal bersifat abstrak, atau jika menurut kerucut pengalaman (cone of experience) Edgar Dale lambang verbal memberikan pengalaman yang paling abstrak, jika dibandingkan dengan penggunaan lambang visual, gambar diam (still pictures), film dan televisi, penggunaan metode pameran (exhibit), karya wisata, demonstrasi, dramatisasi, pengalaman tiruan (contrived experiences) dan pengalaman langsung.Oleh karena itu dalam rangka mencapai "sharing" yang diinginkan dalam setiap kegiatan komunikasi (termasuk proses pembelajaran), guru harus selalu menyadari terhadap sifat dan karakteristik yang merupakan kekurangan utama penggunaan lambang verbal yaitu memberikan pengalaman yang paling abstrak, sehingga dapat memberikan hambatan (noise) bagi murid untuk menerima pesan yang disampaikan.Salah satu cara untuk mengatasi hambatan tersebut, yaitu agar penyampaian pesan pembelajaran dilakukan dengan lebih konkrit dan jelas, selain dengan memilih lambang verbal yang berada di medan pengalaman murid, misalnya dengan menggunakan alat peraga dan media pembelajaran, seperti chart, diagram, grafik (visual symbols), gambar diam (still pictures), model dan "real objects", film , pita/kaset video, VCD, DVD, dan sebagainya.Media pembelajaran dapat digunakan dalam dua macam cara dalam proses belajar-pembelajaran, yaitu :(1) Sebagai alat peraga atau alat bantu pembelajaran ; yang dimaksud disini adalah bahwa alat peraga digunakan oleh guru untuk menjelaskan materi pelajaran yang disampaikan kepada murid-murid. Materi yang disampaikan ke murid menjadi bertambah jelas dan konkrit, hingga membuat murid menjadi bertambah mengerti apa yang disampaikan oleh guru. Dengan demikian "sharing" yang diinginkan dalam setiap kegiatan komunikasi (termasuk komunikasi dalam proses belajar-pembelajaran) dapat dicapai. Sebenarnya pentingnya penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran ini adalah merupakan akibat suatu gerakan pada tahun 1920-an di Amerika Serikat yang diberi nama "Visual Instruction" yang dilanjutkan dengan "Audio Visual Instruction Movement" yang mengajak para pendidik untuk menggunakan gambar, chart, diagram dan semacamnya bahkan sampai benda-banda yang nyata dalam proses pembelajaran agar pembelajaran menjadi lebih konkrit untuk dimengerti oleh murid-murid.(2) Cara kedua, pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar dan pembelajaran adalah sebagai sarana atau saluran komunikasi. Media atau alat peraga dapat berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan pembelajaran, dalam hal ini terutama oleh media belajar mandiri (self instructional materials), seperti modul, Computer Assisted Instruction (CAI) dan sebagainya. Oleh adanya kemampuan sebagai sarana atau saluran komunikasi ini, maka dapat dilaksanakan inovasi dalam jaringan belajar, yaitu apa yang disebut dengan sekolah terbuka, misalnya Universitas Terbuka (UT), SMP/SMA terbuka, BJJ (Belajar Jarak Jauh) dan sebagainya. Pada hakikatnya sekolah terbuka ini memanfaatkan penggunaan media belajar mandiri (self instructional materials) untuk melaksanakan kegiatan belajar siswa dengan bimbingan yang minimal dari guru pembimbing.Oleh karena penyelenggaraan kegiatan pembelajaran secara tatap muka masih cukup dominan dalam sistem pendidikan di manapun juga, termasuk di Indonesia, maka cara yang pertama penggunaan media pembelajaran, yaitu sebagai alat bantu belajar dan pembelajaran agar penyampaian pesan pembelajaran menjadi bertambah jelas dan konkrit, patut mendapatkan perhatian oleh semua guru disemua tingkatan pendidikan (TK, SD, SLTP, SMA, SMK bahkan juga Perguruan Tinggi). Memang penggunaan alat peraga tersebut makin diperlukan bagi anak-anak usia muda, karena makin muda usia anak, makin bersifat konkrit, berhubung dengan pengalamannya juga masih terbatas.Gangguan (Noise) Dalam Proses Belajar dan PembelajaranDalam komunikasi dapat dijumpai adanya gangguan (noise) yang dapat menghalangi tercapainya "sharing" yang dikehendaki. Begitu juga dalam proses pembelajaran dapat terdapat "noise" yang dapat menghambat diserapnya pesan pembelajaran yang disampaikan oleh murid. Oleh karena itu, setiap guru harus waspada terhadap hal ini dan berusaha seoptimal mungkin menghilangkan "noise" tersebut. Salah satu gangguan ("noise") yang dapat menghambat murid di dalam menerima pesan pembelajaran yang disampaikan adalah dari penggunaan lambang (kegiatan "encoding") yang terlalu sulit dan tidak sesuai dengan medan pengalaman murid. Hal ini dapat dipersulit dan bertambah abstrak karena guru tidak menggunakan alat peraga seperti yang sudah dijelaskan di atas. Gangguan atau "noise" ini menjadi bertambah makin banyak, karena beberapa hal seperti : guru berbicara terlalu cepat, volumenya terlalu lemah/kuat, murid dalam keadaan capai, mengantuk, kelas ribut dan sebagainya.Sudah seharusnya guru sebagai komunikator berusaha sebaik-baiknya untuk mengurangi, kalau tidak dapat menghilangkan semua gangguan ("noise") yang mungkin dapat dijumpai dalam penyelenggaraan kegiatan belajar dan pembelajaran.Umpan Balik (Feedback) dalam Proses Belajar PembelajaranDalam kegiatan komunikasi, termasuk kegiatan pembelajaran, terdapat satu unsur yang harus selalu diperhatikan oleh sumber atau komunikator, yaitu umpan balik (feedback). Umpan balik amat penting dalam kegiatan komunikasi karena yang menjadi tujuan utama kegiatan komunikasi adalah "sharing", yaitu diterimanya oleh penerima (murid) pesan yang disampaikan sumber.Untuk itu, sementara proses komunikasi berlangsung, sumber harus selalu berusaha untuk melihat sejauh mana audience telah mencapai pesan yang disampaikan. Upaya untuk melihat sejauh mana audience telah mencapai tujuan yang diinginkan adalah dengan memperoleh feedback (umpan balik) dari murid sendiri. Apakah umpan balik (feedback) itu ?.Umpan balik (feedback) adalah semua keterangan yang diperoleh untuk menunjukkan seberapa jauh murid telah mencapai "sharing" atas pesan yang telah disampaikan. Keterangan yang dimaksud dapat diperoleh melalui berbagai cara seperti misalnya pertanyaan murid terhadap materi pelajaran yang disampaikan, jawaban murid atas pertanyaan guru, suasana kelas (seperti gaduh, sunyi, ribut dan lain-lain). Oleh karena itu, guru tidak boleh secara satu arah saja terus menerus menyampaikan pesan pembelajaran kepada murid. Secara periodik guru harus memberikan pertanyaan kepada murid untuk memperoleh feedback tentang bagaimana atau sejauh mana mereka telah dapat menerima (sharing) tentang pesan pembelajaran yang disampaikan. Juga guru perlu melaksanakan pengamatan (observasi) secara berkelanjutan kepada bagaimana partisipasi murid dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Tentu saja guru harus mengambil langkah-langkah perbaikan (remedial) yang bersumber dari hasil feedback yang telah diperoleh, sehingga dengan demikian selalu terjadi peningkatan dan perbaikan dalam penyelenggaraan proses dan kegiatan belajar dan pembelajaran berikutnya.PenutupDari uraian di atas dapat dikatakan bahwa proses belajar dan pembelajaran yang sebenarnya merupakan kegiatan komunikasi itu mengisyaratkan para guru untuk selalu menerapkan prinsip-prinsip komunikasi dalam pelaksanaan proses belajar pembelajaran yang dilaksanakan seperti : memilih kata-kata yang sesuai dengan medan pengalaman murid, menggunakan berbagai alat peraga yang dapat mengkonkritkan penjelasan/uraian verbal guru, menghilangkan "noise" sebanyak-banyaknya, memperoleh umpan balik dan sebagainya, sehingga murid dapat menyerap atau memiliki dengan baik pesan-pesan pembelajaran yang disampaikan oleh guru sebagai sumber komunikasi.DAFTAR KEPUSTAKAANHeinich, Robert, Michael Molenda, Jamaes D. Russell, Instructional Media andThe New Technologies of Instruction, New York: John Wiley & Sons,Inc., 1982Berlo, David K., The Process of Communication, New York: Holt, Rinehart andWinston, Inc., 1960Effendy,Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung:Penerbit Remaja Karya CV, 1986Dale, Edgar, Audio-Visual Methods in Teaching, New York : Holt, Rinehart andWinston, 1969
Written communication and its historical development Over time the forms of and ideas about communication have evolved through progression of technology. Advances include communications psychology and media psychology; an emerging field of study. Researchers divides the progression of written communication into three revolutionary stages called "Information Communication Revolutions" (Source needed). During the 1st stage written communication first emerged through the use of pictographs. The pictograms were made in stone, hence written communication was not yet mobile. During the 2nd stage writing began to appear on paper, papyrus, clay, wax, etc. Common alphabets were introduced and allowed for the uniformity of language across large distances. A leap in technology occurred when the Gutenberg printing-press was invented in the 15th century. The 3rd stage is characterised by the transfer of information through controlled waves and electronic signals. Communication is thus a process by which meaning is assigned and conveyed in an attempt to create shared understanding. This process, which requires a vast repertoire of skills in interpersonal processing, listening, observing, speaking, questioning, analyzing, gestures, and evaluating enables collaboration and cooperation.[5] Misunderstandings can be anticipated and solved through formulations, questions and answers, paraphrasing, examples, and stories of strategic talk. Written communication can be clear by planning follow-up talk on critical written communication as part of the normal way of doing business. Minutes spent talking now will save time later having to clear up misunderstandings later on. Then, take what was heard and reiterate in your own words, and ask them if that's what they meant.[6] Awanishbvi===Barriers to Effective Human Communication=== Communication is the key factor in the success of any organization. When it comes to effective communication, there are certain barriers that every organization faces. People often feel that communication is as easy and simple as it sounds. No doubt, but what makes it complex, difficult and frustrating are the barriers that come in its way. some of these barriers are mentioned below. Barriers to successful communication include message overload (when a person receives too many messages at the same time), and message complexity.[7] Physical barriers: Physical Barriers are often due to the nature of the environment.Thus, for example, the natural barrier which exists, if staff are located in different buildings or on different sites.Likewise, poor or outdated equipment, particularly the failure of management to introduce new technology, may also cause problems.Staff shortages are another factor which frequently causes communication difficulties for an organization. Whilst distractions like background noise, poor lighting or an environment which is too hot or cold can all affect people's morale and concentration, which in turn interfere with effective communication. System design: System Design faults refer to problems with the structures or systems in place in an organization. Examples might include an organizational structure which is unclear and therefore makes it confusing to know who to communicate with. Other examples could be inefficient or inappropriate information systems, a lack of supervision or training, and a lack of clarity in roles and responsibilities which can lead to staff being uncertain about what is expected of them. Attitudinal barriers: Attitudinal Barriers come about as a result of problems with staff in an organisation. These may be brought about, for example, by such factors as poor management, lack of consultation with employees, personality conflicts which can result in people delaying or refusing to communicate, the personal attitudes of individual employees which may be due to lack of motivation or dissatisfaction at work, brought about by insufficient training to enable them to carry out particular tasks, or just resistance to change due to entrenched attitudes and ideas. Ambiguity of Words/Phrases: Words sounding same but having different meaning can convey a different meaning altogether. Hence the communicator must ensure that the receiver receives the same meaning. It would be better if such words can be avoided by using alternatives. Individual linguistic ability; is also important. The use of difficult or inappropriate words in communication can prevent people from understanding the message.Poorly explained or misunderstood messages can also result in confusion. We can all think of situations where we have listened to something explained which we just could not grasp. Physiological barriers: may result from individuals' personal discomfort, caused, for example, by ill health, poor eye sight or hearing difficulties. Presentation of information: is also important to aid understanding. Simply put, the communicator must consider the audience before making the presentation itself and in cases where it is not possible the presenter can at least try to simplify his/her vocabulary so that majority can understand. Awanishbvi (talk) 16:24, 13 October 2011 (UTC)Noise in the Environment:</ref> is any disturbance which occurs in the transmission process.In face-to-face communication which is carried by air vibration,the air may be disturbed by noise such as traffic,factory work, or people talking. [edit] Nonhuman Communication See also: Biocommunication (science) and Interspecies communication Every information exchange between living organisms - i.e. transmission of signals that involve a living sender and receiver can be considered a form of communication; and even primitive creatures such as corals are competent to communicate. Nonhuman communication also include cell signaling, cellular communication, and chemical transmissions between primitive organisms like bacteria and within the plant and fungal kingdoms. [edit] Animal Communication The broad field of animal communication encompasses most of the issues in ethology. Animal communication can be defined as any behavior of one animal that affects the current or future behavior of another animal. The study of animal communication, called zoosemiotics' (distinguishable from anthroposemiotics, the study of human communication) has played an important part in the development of ethology, sociobiology, and the study of animal cognition. Animal communication, and indeed the understanding of the animal world in general, is a rapidly growing field, and even in the 21st century so far, many prior understandings related to diverse fields such as personal symbolic name use, animal emotions, animal culture and learning, and even sexual conduct, long thought to be well erstood, have been revolutionized. [edit] Plants and Fungi (phapondi) Communication is observed within the plant organism, i.e. within plant cells and between plant cells, between plants of the same or related species, and between plants and non-plant organisms, especially in the root zone. Plant roots communicate in parallel with rhizome bacteria, with fungi and with insects in the soil. These parallel sign-mediated interactions are governed by syntactic, pragmatic and semantic rules, and are possible because of the decentralized "nervous system" of plants. The original meaning of the word "neuron" in Greek is "vegetable fiber" and recent research has shown that most of the intraorganismic plant communication processes are neuronal-like.[8] Plants also communicate via volatiles when exposed to herbivory attack behavior to warn neighboring plants. In parallel they produce other volatiles to attract parasites which attack these herbivores. In stress situations plants can overwrite the genetic code they inherited from their parents and revert to that of their grand- or great-grandparents. Fungi communicate to coordinate and organize their growth and development such as the formation of mycelia and fruiting bodies. Fungi communicate with same and related species as well as with nonfungal organisms in a great variety of symbiotic interactions, especially with bacteria, unicellular eukaryotes, plants and insects through semiochemicals of biotic origin. The semiochemicals trigger the fungal organism to react in a specific manner, while if the same chemical molecules are not part of biotic messages, they do not trigger the fungal organism to react. This implies that fungal organisms can differ between molecules taking part in biotic messages and similar molecules being irrelevant in the situation. So far five different primary signalling molecules are known to coordinate different behavioral patterns such as filamentation, mating, growth, and pathogenicity. Behavioral coordination and production of signalling substances is achieved through interpretation processes that enables the organism to differ between self or non-self, abiotic indicator, biotic message from similar, related, or non-related species, and even filter out "noise", i.e. similar molecules without biotic content. [edit] Bacterial Communication (Quorum sensing) Communication is not a tool used only by humans, plants and animals, but it is also used by microorganisms like bacteria. The process is called quorum sensing. Through quorum sensing, bacteria are able to sense the density of cells, and regulate gene expression accordingly. This can be seen in both gram positive and gram negative bacteria. This was first observed by Fuqua et al. in marine microorganisms like V.harveyi and V.fischeri.[9] [edit] Communication cycle Shannon and Weaver Model of Communication Communication major dimensions scheme Communication code scheme Linear Communication Model Interactional Model of Communication Berlo's Sender-Message-Channel-Receiver Model of Communication Transactional Model of Communication The first major model for communication came in 1949 by Claude Shannon and Warren Weaver for Bell Laboratories[10] The original model was designed to mirror the functioning of radio and telephone technologies. Their initial model consisted of three primary parts: sender, channel, and receiver. The sender was the part of a telephone a person spoke into, the channel was the telephone itself, and the receiver was the part of the phone where one could hear the other person. Shannon and Weaver also recognized that often there is static that interferes with one listening to a telephone conversation, which they deemed noise. In a simple model, often referred to as the transmission model or standard view of communication, information or content (e.g. a message in natural language) is sent in some form (as spoken language) from an emisor/ sender/ encoder to a destination/ receiver/ decoder. This common conception of communication simply views communication as a means of sending and receiving information. The strengths of this model are simplicity, generality, and quantifiability. Social scientists Claude Shannon and Warren Weaver structured this model based on the following elements: An information source, which produces a message. A transmitter, which encodes the message into signals A channel, to which signals are adapted for transmission A receiver, which 'decodes' (reconstructs) the message from the signal. A destination, where the message arrives. Shannon and Weaver argued that there were three levels of problems for communication within this theory. The technical problem: how accurately can the message be transmitted? The semantic problem: how precisely is the meaning 'conveyed'? The effectiveness problem: how effectively does the received meaning affect behavior? Daniel Chandler critiques the transmission model by stating: It assumes communicators are isolated individuals. No allowance for differing purposes. No allowance for differing interpretations. No allowance for unequal power relations. No allowance for situational contexts. In 1960, David Berlo expanded on Shannon and Weaver's (1949) linear model of communication and created the SMCR Model of Communication.[11] The Sender-Message-Channel-Receiver Model of communication separated the model into clear parts and has been expanded upon by other scholars. Communication is usually described along a few major dimensions: Message (what type of things are communicated), source / emisor / sender / encoder (by whom), form (in which form), channel (through which medium), destination / receiver / target / decoder (to whom), and Receiver. Wilbur Schram (1954) also indicated that we should also examine the impact that a message has (both desired and undesired) on the target of the message.[12] Between parties, communication includes acts that confer knowledge and experiences, give advice and commands, and ask questions. These acts may take many forms, in one of the various manners of communication. The form depends on the abilities of the group communicating. Together, communication content and form make messages that are sent towards a destination. The target can be oneself, another person or being, another entity (such as a corporation or group of beings). Communication can be seen as processes of information transmission governed by three levels of semiotic rules: Syntactic (formal properties of signs and symbols), Pragmatic (concerned with the relations between signs/expressions and their users) and Semantic (study of relationships between signs and symbols and what they represent). Therefore, communication is social interaction where at least two interacting agents share a common set of signs and a common set of semiotic rules. This commonly held rules in some sense ignores autocommunication, including intrapersonal communication via diaries or self-talk, both secondary phenomena that followed the primary acquisition of communicative competences within social interactions. In light of these weaknesses, Barnlund (2008) proposed a transactional model of communication.[13] The basic premise of the transactional model of communication is that individuals are simultaneously engaging in the sending and receiving of messages. In a slightly more complex form a sender and a receiver are linked reciprocally. This second attitude of communication, referred to as the constitutive model or constructionist view, focuses on how an individual communicates as the determining factor of the way the message will be interpreted. Communication is viewed as a conduit; a passage in which information travels from one individual to another and this information becomes separate from the communication itself. A particular instance of communication is called a speech act. The sender's personal filters and the receiver's personal filters may vary depending upon different regional traditions, cultures, or gender; which may alter the intended meaning of message contents. In the presence of "communication noise" on the transmission channel (air, in this case), reception and decoding of content may be faulty, and thus the speech act may not achieve the desired effect. One problem with this encode-transmit-receive-decode model is that the processes of encoding and decoding imply that the sender and receiver each possess something that functions as a codebook, and that these two code books are, at the very least, similar if not identical. Although something like code books is implied by the model, they are nowhere represented in the model, which creates many conceptual difficulties. Theories of coregulation describe communication as a creative and dynamic continuous process, rather than a discrete exchange of information. Canadian media scholar Harold Innis had the theory that people use different types of media to communicate and which one they choose to use will offer different possibilities for the shape and durability of society (Wark, McKenzie 1997). His famous example of this is using ancient Egypt and looking at the ways they built themselves out of media with very different properties stone and papyrus. Papyrus is what he called 'Space Binding'. it made possible the transmission of written orders across space, empires and enables the waging of distant military campaigns and colonial administration. The other is stone and 'Time Binding', through the construction of temples and the pyramids can sustain their authority generation to generation, through this media they can change and shape communication in their society (Wark, McKenzie 1997). Bernard Luskin, UCLA, 1970, advanced computer assisted instruction and began to connect media and psychology into what is now the field of media psychology. In 1998, the American Association of Psychology, Media Psychology Division 46 Task Force report on psychology and new technologies combined media and communication as pictures, graphics and sound increasingly dominate modern communication. [edit] Communication noise In any communication model, noise is interference with the decoding of messages sent over a channel by an encoder. There are many examples of noise: Environmental Noise: Noise that physically disrupts communication, such as standing next to loud speakers at a party, or the noise from a construction site next to a classroom making it difficult to hear the professor. Physiological-Impairment Noise: Physical maladies that prevent effective communication, such as actual deafness or blindness preventing messages from being received as they were intended. Semantic Noise: Different interpretations of the meanings of certain words. For example, the word "weed" can be interpreted as an undesirable plant in your yard, or as a euphemism for marijuana. Syntactical Noise: Mistakes in grammar can disrupt communication, such as abrupt changes in verb tense during a sentence. Organizational Noise: Poorly structured communication can prevent the receiver from accurate interpretation. For example, unclear and badly stated directions can make the receiver even more lost. Cultural Noise: Stereotypical assumptions can cause misunderstandings, such as unintentionally offending a non-Christian person by wishing them a "Merry Christmas". Psychological Noise: Certain attitudes can also make communication difficult. For instance, great anger or sadness may cause someone to lose focus on the present moment. Disorders such as Autism may also severely hamper effective communication